20 September 2018

MONOGRAFI KELURAHAN BANGSAL ACEH, DUMAI


Sumber: Monografi Desa Bangsal Aceh

BAGIAN SATU: DATA DASAR SPASIAL

1.    GEOGRAFI & GEOFISIKA
1.1. Letak Desa

Kelurahan Bangsal Aceh merupakan salah satu dari 5 (lima) Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai. Kelurahan Bangsal Aceh sudah ada lebih kurang sejak  tahun 1940, yang merupakan pemekaran dari desa Lubuk Gaung. Dimana pada saat itu bernama Desa Muda Bangsal Aceh. Secara Administratif, status Desa Bangsal Aceh berubah menjadi Kelurahan dengan keluarnya Peraturan Daerah (Perda) Kota Dumai No. 3 Tahun 2000 tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan. Perubahan status ini bertujuan untuk peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pemberian pelayanan kepada masyarakat agar lebih efektif dan efisien.

1.2.  Orbitasi

·         Jarak Antara Bangsal Aceh Dengan Ibu Kota Provinsi

Secara letak geografis, jarak antara Kelurahan Bangsal Aceh dengan Ibu Kota Provinsi Riau, yaitu Kota Pekanbaru berkisar sekitar kurang lebih 176,6 Km. Akses ini merupakan rute tercepat, dapat ditempuh sekitar 4,5 jam, melewati jalan lintas Riau-Sumatera Utara dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Akses kedua dari Kota Pekanbaru menuju kelurahan Bangsal Aceh juga dapat dilalui dengan rute jalan lintas Siak-Dumai. Untuk rute ini, lama perjalanan normal yang akan ditempuh sekitar 6 jam, dengan jarak nya hampir dua kali lipat yaitu sekitar 290 Km, dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Untuk kedua rute tersebut, akses jalan yang akan dilalui sudah cukup baik, dengan kondisi sudah di aspal. Hanya saja ada beberapa hambatan yang memungkinkan terjadinya keterlambatan waktu, seperti misalnya masih banyak kendaraan dengan tonase berat yang akan dijumpai saat menggunakan rute pertama, dan untuk rute kedua keterlambatan terjadi diakibatkan jauhnya jarak yang akan ditempuh.
Selain rute jalan darat, dari Kota Pekanbaru menuju kelurahan Bangsal Aceh juga dapat diakses melalui jalur air. Untuk rute ini, perjalananan awal akan melalui pelabuhan sungai duku, dengan menggunakan kapal speed terubuk ekspres. Kemudian kapal akan berhenti di Pelabuhan Bandar Sri Laksamana Bengkalis, barulah dari pelabuhan Bengkalis kita akan di transit menuju pelabuhan Dumai. Rute ini bisa memakan waktu sekitar 6 jam perjalanan. 
1.1. Batas dan Luas Wilayah
Kondisi Kelurahan Bangsal Aceh Kecamatan Sungai Sembilan secara geografis berbatasan dengan wilayah-wlayah sebagai berikut :
            1.  Sebelah Utara dengan Selat Rupat
            2.  Sebelah Selatan dengan Kepenghuluan Memugo (Kab.Rohil)
            3.  Sebelah Barat dengan Kelurahan Lubuk Gaung
            4.  Sebelah Timur dengan Kelurahan Dumai Barat
  Dengan Batas Wilayah tersebut Kelurahan Bangsal Aceh mempunyai Luas Wilayah        ± 150. KM2

1.2. Topografi Desa
Secara Geografis, Rata-rata ketinggian wilayah di Kota Dumai adalah 3 meter di atas muka laut. Kota Dumai sendiri beriklim tropis dengan curah hujan antara 100-300 cm dan suhu udara 24-30 °C dengan kondisi tanah rawa bergambut.
Dumai sebagian terdiri dari dataran rendah di bagian utara dan di sebelah selatan sebagian dataran tinggi. Kondisi tanahnya mayoritas berupa tanah rawa yang bergambut dengan kedalaman antara 0 - 0,5 m. Struktur tanah umumnya terdiri dari tanah podsolik merah kuning dari batuan endapan, alluvial dan tanah organosol dan gley humus dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah. Terdapat 15 sungai di wilayah Dumai. Sungai-sungai tersebut dapat dilayari kapal pompong, sampan dan perahu sampai jauh ke hulu sungai.(Sumber: Wikipedia).
Kelurahan bangsal Aceh sendiri termasuk dalam salah satu wilayah dengan kondisi geografis berada di tepian laut. Namun begitu, tidak keseluruhan wilayahnya memiliki kontur tanah bergambut. Jika melihat kondisi di lapangan, tanah gambut akan ditemui disekitar RT 01-06, yang memang cukup dekat lokasinya dengan laut, kemudian RT 09 dan 10 yang juga sebagian besar tanahnya bergambut. Sedangkan untuk RT 08 dan 07, meskipun beberapa tanah diwilayah ini jenis gambut, namun sebagian besarnya adalah tanah mineral, khusunya di lokasi yang kini menjadi pemukiman penduduk.
 1.5  Lokasi Rawan Bencana

A.   Banjir

Daerah yang berada di pinggiran laut pada umumnya akan cukup sering terkena bencana banjir. Namun tidak dengan kelurahan Bangsal Aceh. Meskipun berbatasan langsung dengan selat Rupat, namun menurut penjelasan dari masyarakat setempat, daerah mereka ini sudah cukup lama tidak terkena banjir
Selain dibatasi langsung oleh selat, wilayah Kelurahan bangsal Aceh juga dikelilingi sungai, tepatnya di batas sebelah timur hingga selatan. Panjang aliran sungai ini diperkirakan mencapai 29 Km. Masyarakat sekitar biasa menyebut sungai ini dengan nama sungai masjid. Aliran sungai masjid sendiri hilirnya akan bermuara di selat rupat, dan bagian hulunya berada di desa Mumugo, yang juga merupakan batas sempadan kelurahan Bangsal Aceh.
Namun begitu, meskipun daerah hilir sungai yang berbatasan langsung dengan selat rupat jarang terkena bencana banjir, berbeda dengan bagian hulu sungai yang beberapa waktu belakangan sering terjadi banjir pada musim penghujan. Ketua RT 10 Sofian mengatakan, dulunya sekitar tahun 1953-1960 wilayah hulu ini tidak pernah terkena banjir, bahkan masyarakat tempatan masih bisa melakukan penanaman pisang di tanah milik mereka.
Namun rupanya hal ini mengalami perubahan sekitar tahun 1990 an. Daerah yang dulunya aman dari genangan air tersebut perlahan mulai sering terkena banjir setiap tahunnya. Menurtunya hal ini dikarenakan sungai masjid mengalami pendangkalan di bagian hulu. Pemerintah kota sendiri disebutnya memang pernah melakukan pengerukan sungai, hanya saja tidak pernah tuntas hingga ke hulu sungai yang dekat dengan pemukiman mereka.
B.   Kebakaran
Memiliki kontur tanah bergambut, tentunya membuat sebuah daerah cukup rentan terhadap bahaya kebakaran lahan. Hal ini juga terjadi diwilayah Kelurahan Bangsal Aceh. Terhitung sejak 2013, beberapa kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terjadi diwilayah ini.
Rizal, ketua RT 10 menyebutkan ada beberapa titik yang menjadi lokasi paling sering terjadi kebakaran lahan, diantaranya berada diwilayah RT 08, 09, dan 10. Hal itu dikarenakan beberapa lahan yang ada diwilayah ini masih minim tanaman perkebunan, sehingga api cukup mudah menjalar di area tersebut. Itu diperparah juga dengan masih cukup sulitnya akses menuju lokasi, sehingga kegiatan pemadaman sering kali mengalami keterlambatan waktu.

BAGIAN DUA : DATA DASAR SOSIAL
5.    DEMOGRAFI

5.1. Data Umum Penduduk

Berdasarkan Sumber data Dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Dumai pertanggal 31 Desember 2017 Penduduk Kelurahan Bangsal Aceh sebagai berikut :
·      Jumlah Penduduk             : 4.561 Jiwa
·      Laki – laki                            : 2.329 Orang
·      Perempuan                         : 2.232 Orang
Dengan jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak 10 RT yang mana 10 RT tersebut berada di lingkungan Pemukiman Masyarakat dan kawasan industry.

5.2. Struktur Kependudukan

A.   Berdasarkan Golongan Umur

Berdasarkan Data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Jumlah Penduduk Kelurahan Bangsal Aceh Menurut Golongan Umur Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
No
Golongan Umur (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
1
2
3
1.
0-4
288
2.
5-9
501
3.
10-14
487
4.
15-19
400
5.
20-24
381
6.
25-29
389
7.
30-34
477
8.
35-39
412
9.
40-44
340
10.
45-49
261
11.
50-54
212
12.
55-59
178
13.
60-64
106
14.
65-69
62
15.
70-74
34
16.
 >74
33
Jumlah
4.561
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Dumai
Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling banyak ialah penduduk berumur  5 s/d 9 Tahun dengan jumlah 501  jiwa dari seluruh penuduk yang ada di Kelurahan Bangsal Aceh.
B.     Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk Kelurahan Bangsal Aceh menurut tingkat pendidikan dapat terlihat pada tabel di bawah ini. Yang mana bisa disimpulkan, jika sebagian besar masyarakat kelurahan Bangsal Aceh hanya berlatar belakang lulusan Sd, yaitu sekitar 1.314 orang :
Jumlah Penduduk Menurut tingkat pendidikan Tahun 2017
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
1
2
3
1.
Belum Sekolah
1.580
2.
Tidak Tamat SD
392
3.
Tamat SD
1.314
4.
SLTP
498
5.
SLTA
703
6.
Diploma II
13
7.
Diploma III
25
8.
Strata I
34
9.
Strata II
2
10.
Strata III
-
Jumlah
4.561
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Dumai

Adapun Komposisi penduduk Kelurahan Bangsal Aceh menurut mata pencaharian dapat dikategorikan beragam. Hal ini sebagaimana dapat terlihat pada tabel di bawah ini :

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2017:
No
Mata Pencaharian
Jumlah (Jiwa)
1
2
3
1.
Belum Bekerja
1.933
2.
Mengurus Rumah Tangga
1.058
3.
Pelajar / Mahasiswa
305
4.
Pensiunan
5
5.
Pegawai Negeri Sipil
25
6.
Tentara Nasional Indonesia
1
7.
Kepolisian RI
2
8.
Perdagangan
25
9.
Petani / Pekebun
374
10.
Peternak
1
11.
Nelayan/ Perikanan
43
12.
Industri
0
13.
konstruksi
0
14.
Karyawan Swasta
103
15.
Karyawan BUMN
2
16.
Karyawan BUMD
1
17.
Karyawan Honorer
21
18.
Buruh Harian Lepas
137
19.
Buruh Tani Perkebunan
45
20.
Buruh Nelayan Perikanan
1
21.
Pembantu Rumah Tangga
2
22.
Tukang Batu
11
23.
Tukang Jahit
1
24.
Bidan
2
25
Perawat
3
26.
Pelaut
0
27.
Sopir
10
28.
Pedagang
6
29.
Wiraswasta
422
30.
Dosen
1
31.
Wartawan
1
32.
Guru
19
Jumlah
4.561
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Dumai

6.    SEJARAH, BUDAYA & AGAMA
6.4. Agama & Keberagaman

Kelurahan Bangsal Aceh didiami oleh masyarakat dengan beraneka ragam etnis dan suku bangsa. Sedikitnya terdapat 8 (delapan) suku bangsa dan 5 (lima) Agama yang saat ini hidup berdampingan dan saling berbaur  dengan yang lain secara damai, rukun dan harmonis. Kedelapan suku bangsa tersebut yakni Melayu, Aceh, Batak, Minang, Bugis, Lombok, Jawa dan Tionghoa, dan lima Agama yaitu Islam, Kristen, Khatolik, Budha dan Khonghucu.
Heterogenitas ini menjadikan Kelurahan Bangsal Aceh semakin kaya dengan keanekaragaman Budaya, adat istiadat, dan norma-norma yang tumbuh  di tengah-tengah masyarakat, dimana semuanya itu dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk menangkal pengaruh-pangaruh negatif yang datang dari luar.
Komposisi penduduk Kelurahan Bangsal Aceh menurut Agama  sebagaimana pada tabel di bawah ini :
Jumlah Penduduk Bangsal Aceh Berdasarkan Agama Tahun 2017:
No
Agama
Jumlah (Jiwa)
1
2
3
1.
Islam
4.290
2.
Kristen
235
3.
Khatolik
10
4.
Budha
26
Jumlah
4.561








Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Dumai

Seperti hal nya kelurahan/desa yang lain, Bangsal Aceh juga memiliki beberapa lembaga/organisasi masyarakat yang berfungsi membantu tugas pemerintah kelurahan baik dalam segi pemberdayaan masyarakat, tugas sosial, maupun dibidang kesehatan masyarakat. Beberapa lembaga ini diantaranya telah terbentuk cukup lama, dan telah memiliki prestasi baik ditingkat lokal, maupun provinsi.
A.     Lembaga Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
a.  Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kelurahan, untuk selanjutnya disebut TP. PKK Kelurahan adalah lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya, yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing jenjang pemerintahan untuk terlaksananya program PKK.
Adapun Struktur organisasi Tim Penggerak PKK Kelurahan Bangsal Aceh berdasarkan Keputusan Lurah Bangsal Aceh  Nomor : 07/SK/BSA/2017 Tanggal  15 Desember 2017 tentang Pembentukan Pengurus Tim Penggerak PKK di Kelurahan Bangsal Aceh Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai.

b.    Forum Gotong Royong Masyarakat
Forum Gotong Royong Masyarakat Kelurahan Bangsal Aceh Kecamatan Sungai Sembilan merupakan tindak lanjut dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2009 tentang Program Adipura untuk mewujudkan kota yang bersih dan teduh di Kota Dumai.
Forum Gotong Royong Masyarakat Kelurahan Bangsal Aceh  Kecamatan Sungai Sembilan dibentuk dengan Surat Keputusan Bangsal Aceh Nomor  21 KPTS/BSA/ 2014, 

c.    Karang Taruna
Karang Taruna adalah lembaga kemasyarakatan yang merupakan wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah kelurahan. Karang Taruna ini bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Dinas Sosial.
Karang taruna mempunyai tugas menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial, terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif, maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya.
B.     Lembaga Kesehatan Masyarakat
a.    Kelurahan Siaga Aktif
Kelurahan siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadiian luar biasa, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain lain, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong.
b.    PHBS
Secara umum Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bertujuan untuk meningkatkan rumah tangga sehat melalui pemberdayaan masyarakat dengan kerjasama lintas sektoral dalam melaksanakan budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan tujuan khusus untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kemauan anggota masyarakat untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam PHBS di masyarakat.
Dalam melaksanakan PHBS rumah tangga tujuan yang akan dicapai diantaranya meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga dengan 10 (sepuluh) indikator PHBS.
Adapun ke sepuluh indikator PHBS itu, adalah sebagai berikut:
a.     Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan
b.     Memberi Bayi ASI Ekslusif
c.     Menimbang Bayi dan Balita setiap bulan
d.     Menggunakan Air Bersih
e.     Mencuci tangan dengan Air Bersih dan Sabun
f.      Menggunakan Jamban Sehat
g.     Memberantas Jentik di Rumah
h.     Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
i.       Melakukan Aktifitas Fisik Setiap Hari
j.       Tidak Merokok didalam Rumah
Dari hasil pemantauan PHBS rumah tangga dilingkungan Kelurahan Bangsal Aceh terlihat dengan semakin meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat diantaranya dengan kesadaran menciptakan lingkungan sekitar rumah yang bersih dan sehat, dan penggunaan jamban sehat.
c.    Posyandu
Beberapa bentuk program pelayanan kesehatan selain ditujukan bagi sasaran yang sama yaitu anak balita dan ibu, juga mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan kesehatan anak dan menurunnya angka kematian bayi dan anak. Program-program pelayanan kesehatan itu antara lain : Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), program pemeliharaan kesehatan ibu dan anak (KIA), program imunisasi, program penanggulangan diare pada anak- anak, program keluarga berencana (KB), dan sebagainya. Adapun program pelayanan kesehatan tersebut dapat dilakukan secara serentak bersama-sama di Posyandu baik kepada si ibu maupun si anak.
Jadi seorang anak yang dibawa oleh ibunya ke panti gizi atau pos penimbangan selain memperoleh pelayanan gizi (penimbangan, penyuluhan, pemberian-pemberian pertolongan gizi, makanan tambahan) juga sekaligus dapat memperoleh layanan imunisasi, pemeriksaan kesehatan, jika anak mencret maka kepada anak tersebut akan diberikan oralit dan obat, dan Ibu akan memperoleh mengenai cara perawatan kesehatan keluarga. Selain itu Ibu yang memerlukan layanan KB juga sekaligus dapat dilayani di pos penimbangan atau panti gizi. Pelayanan seperti inilah yang disebut pelayanan kesehatan terpadu, Saat ini di Kelurahan Bangsal Aceh sudah ada 4 (Empat) Posyandu Balita dan 1 (satu) Posyandu Lansia.
Secara garis besar semua Posyandu yang ada di Kelurahan Bangsal Aceh bahkan untuk Kota Dumai memiliki ketentuan, tugas, fungsi dan kegiatan yang sama yaitu

d.    Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
Empat masalah gizi utama yang banyak ditemukan di berbagai wilayah bahkan di berbagai negara berkembang yaitu kekurangan Vitamin A, anemia gizi dan gondok endemik, pada umumnya menyerang kelompok penduduk yang tergolong rawan (winerable) yaitu : bayi, anak usia di bawah lima tahun (balita), Ibu Hamil dan Ibu menyusui.
Usaha perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu di bawah koordinasi yang baik, yang bertujuan menurunkan jumlah penderita gangguan gizi, bahkan jika mungkin menghilangkan bahaya gangguan gizi pada kelompok penduduk yang rawan itu.
Apabila masalah gizi semata-mata dilihat dari sudut kesehatan masyarakat, maka usaha penanggulangannya pun dapat dilakukan dengan menggunakan dasar-dasar usaha kesehatan masyarakat:

e.    Bina Keluarga Balita (BKB)
Salah satu Upaya dalam Pemberdayaan Orang Tua sebagai Pendidik Pertama dan yang Utama dari Generasi Penerus Bangsa demi untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Untuk mencapai Tujuan tersebut perlu dibentuknya Kelompok Bina Keluarga Balita ( BKB ).
Bina keluarga balita adalah kegiatan yang khusus mengelola tentang  pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur, yang dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada ditingkat RT.
Bina Keluarga Balita (BKB) adalah upaya peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran ibu serta anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang balitanya melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan, sosial, emosional serta moral yang berlangsung dalam proses interaksi antara ibu/anggota keluarga lainnya dengan anak balita.
Kelompok BKB umumnya terdiri dari keluarga muda dengan anggota yang mempunyai anak batita atau anak balita. Untuk memberdayakan keluarga Batita (Bawah UsiaTigaTahun) dan keluarga Balita (Bawah Usia Lima Tahun), seluruh jajaran pembangunan, termasuk kekuatan keluarga yang tergabung dalam POSYANDU, diarahkan agar setiap keluarga memberi prioritas yang tinggi terhadap kesehatan dan pertumbuhan anak balitanya. Orang tua dalam POSYANDU dapat disiapkan untuk menyegarkan kembali Gerakan Bina Keluarga Balita ( BKB ), sebagai gerakan bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk memelihara kesehatan, terhadap tumbuh kembang anaknya, deteksi dini kelainan atau kecacatan dan akhirnya menyiapkan anak Balitanya siap sekolah bersama anak-anak yang lain.
7.6. Keamanan Desa
Dalam menghadapi masalah keamanan, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah melakukan suatu tindakan pencegahan dan penanggulangan agar tidak terganggunya keamanan masyarakat yang hal ini merupakan bagian dari kebijakan kriminal (criminal policy) dan merupakan bagian tugas polisi sebagai aparat penegak hukum di lapangan. Kegiatan perpolisian tradisional dalam memberantas kejahatan dianggap kurang efektif sehingga perlu dibangun kemitraan antara Polri dengan masyarakat.
Untuk mendukung hal itu, maka diterapkanlah model Communtiy Policing atau Perpolisian Masyarakat (Polmas) sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang Kebijakan dan Strategi Penerapan Model Perpolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.
Berdasarkan Surat Keputusan tersebut, salah satu wujud dari Community Policing ini adalah adanya Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM), yaitu lembaga atau wadah bagi polisi dan masyarakat untuk dapat bertukar informasi dan berkonsultasi mengenai permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan terutama yang berkaitan dengan masalah keamanan dan ketertiban di masyarakat.
Organisasi Forum Kemitraan Polisi Masyarakat mempunyai susunan kepengurusan  berjumlah sebanyak 9 (sembilan) orang anggota yang terdiri dari :
a.     BhabinKamtibnas :  BRIPTU. IRWANSYAH PUTRA
b.     Ketua                     :  HADAMEAN PULUNGAN
c.      Sekretaris             :  DAHAM
d.     Bendahara           :  ABDULLAH SYAH
e.            Anggota I          :  ADE SAPUTRA
ü  Anggota II         :  SUROSO
ü  Anggota III        :  GUNTUR BARUS
ü  Anggota IV       :  NORLI





BAGIAN KETIGA: DASAR – DASAR SEKTORAL

9.    PERTANIAN & PANGAN
Dalam meningkatkan usaha ekonomi, masyarakat Kelurahan Bangsal Aceh juga melakukan peningkatan dibidang pertanian. Jenis pengelolaan pertanianya sendiri ada yang dikelola secara kelompok, maupun perseorangan. Namun, berdasarkan penuturan masyarakat, kelompok tani merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kemiskinan. Kelompok tani ini diharapkan mampu memicu peningkatan ekonomi masyarakat ditingkat Kelurahan melalui pembinaan instansi terkait. Hasil pertanian yang baik tentu akan berhubungan dengan tingkat penghasilan keluarga.
Adapun hasil tani yang telah diperoleh diantaranya :
ü  Cabe
ü  Nenas
ü  Sayur-sayuran
ü  Buah – Buahan

Tidak ada komentar:

CONTOH LAPORAN PEMBANGUNAN DEMPLOT AGROFORESTRY

                                                                                                                                            ...