Sumber: Monografi Desa Bangsal Aceh
BAGIAN SATU: DATA DASAR
SPASIAL
1.
GEOGRAFI
& GEOFISIKA
1.1. Letak Desa
Kelurahan Bangsal Aceh
merupakan salah satu dari 5 (lima) Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Sungai
Sembilan Kota Dumai. Kelurahan Bangsal Aceh sudah
ada lebih kurang sejak tahun 1940, yang
merupakan pemekaran dari desa Lubuk Gaung. Dimana pada saat itu bernama Desa
Muda Bangsal Aceh. Secara Administratif, status Desa Bangsal Aceh berubah
menjadi Kelurahan dengan keluarnya Peraturan Daerah (Perda) Kota Dumai No. 3
Tahun 2000 tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan. Perubahan status
ini bertujuan untuk peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, dan pemberian pelayanan kepada masyarakat agar lebih efektif dan
efisien.
1.2. Orbitasi
·
Jarak Antara Bangsal Aceh
Dengan Ibu Kota Provinsi
Secara
letak geografis, jarak antara Kelurahan Bangsal Aceh dengan Ibu Kota Provinsi
Riau, yaitu Kota Pekanbaru berkisar sekitar kurang lebih 176,6 Km. Akses ini
merupakan rute tercepat, dapat ditempuh sekitar 4,5 jam, melewati jalan lintas
Riau-Sumatera Utara dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Akses
kedua dari Kota Pekanbaru menuju kelurahan Bangsal Aceh juga dapat dilalui
dengan rute jalan lintas Siak-Dumai. Untuk rute ini, lama perjalanan normal
yang akan ditempuh sekitar 6 jam, dengan jarak nya hampir dua kali lipat yaitu
sekitar 290 Km, dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Untuk
kedua rute tersebut, akses jalan yang akan dilalui sudah cukup baik, dengan
kondisi sudah di aspal. Hanya saja ada beberapa hambatan yang memungkinkan
terjadinya keterlambatan waktu, seperti misalnya masih banyak kendaraan dengan
tonase berat yang akan dijumpai saat menggunakan rute pertama, dan untuk rute
kedua keterlambatan terjadi diakibatkan jauhnya jarak yang akan ditempuh.
Selain
rute jalan darat, dari Kota Pekanbaru menuju kelurahan Bangsal Aceh juga dapat
diakses melalui jalur air. Untuk rute ini, perjalananan awal akan melalui
pelabuhan sungai duku, dengan menggunakan kapal speed terubuk ekspres. Kemudian
kapal akan berhenti di Pelabuhan Bandar Sri Laksamana Bengkalis, barulah dari
pelabuhan Bengkalis kita akan di transit menuju pelabuhan Dumai. Rute ini bisa
memakan waktu sekitar 6 jam perjalanan.
1.1. Batas dan Luas Wilayah
Kondisi Kelurahan Bangsal Aceh Kecamatan
Sungai Sembilan secara geografis berbatasan dengan wilayah-wlayah sebagai
berikut :
1. Sebelah Utara dengan Selat Rupat
2. Sebelah Selatan dengan Kepenghuluan Memugo
(Kab.Rohil)
3. Sebelah Barat dengan Kelurahan Lubuk Gaung
4. Sebelah Timur dengan Kelurahan Dumai Barat
Dengan Batas Wilayah
tersebut Kelurahan Bangsal Aceh mempunyai Luas Wilayah ± 150. KM2
1.2. Topografi Desa
Secara
Geografis, Rata-rata ketinggian wilayah di Kota Dumai adalah 3 meter di atas
muka laut. Kota Dumai sendiri beriklim tropis dengan curah hujan antara 100-300
cm dan suhu udara 24-30 °C dengan kondisi tanah rawa bergambut.
Dumai sebagian
terdiri dari dataran rendah di bagian utara dan di sebelah selatan sebagian
dataran tinggi. Kondisi tanahnya mayoritas berupa tanah rawa yang bergambut
dengan kedalaman antara 0 - 0,5 m. Struktur tanah umumnya terdiri dari tanah
podsolik merah kuning dari batuan endapan, alluvial dan tanah organosol dan
gley humus dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah. Terdapat 15 sungai di
wilayah Dumai. Sungai-sungai tersebut dapat dilayari kapal pompong, sampan dan
perahu sampai jauh ke hulu sungai.(Sumber:
Wikipedia).
Kelurahan
bangsal Aceh sendiri termasuk dalam salah satu wilayah dengan kondisi geografis
berada di tepian laut. Namun begitu, tidak keseluruhan wilayahnya memiliki
kontur tanah bergambut. Jika melihat kondisi di lapangan, tanah gambut akan
ditemui disekitar RT 01-06, yang memang cukup dekat lokasinya dengan laut,
kemudian RT 09 dan 10 yang juga sebagian besar tanahnya bergambut. Sedangkan
untuk RT 08 dan 07, meskipun beberapa tanah diwilayah ini jenis gambut, namun
sebagian besarnya adalah tanah mineral, khusunya di lokasi yang kini menjadi
pemukiman penduduk.
1.5 Lokasi
Rawan Bencana
A.
Banjir
Daerah
yang berada di pinggiran laut pada umumnya akan cukup sering terkena bencana
banjir. Namun tidak dengan kelurahan Bangsal Aceh. Meskipun berbatasan langsung
dengan selat Rupat, namun menurut penjelasan dari masyarakat setempat, daerah
mereka ini sudah cukup lama tidak terkena banjir
Selain
dibatasi langsung oleh selat, wilayah Kelurahan bangsal Aceh juga dikelilingi
sungai, tepatnya di batas sebelah timur hingga selatan. Panjang aliran sungai
ini diperkirakan mencapai 29 Km. Masyarakat sekitar biasa menyebut sungai ini
dengan nama sungai masjid. Aliran sungai masjid sendiri hilirnya akan bermuara
di selat rupat, dan bagian hulunya berada di desa Mumugo, yang juga merupakan
batas sempadan kelurahan Bangsal Aceh.
Namun
begitu, meskipun daerah hilir sungai yang berbatasan langsung dengan selat
rupat jarang terkena bencana banjir, berbeda dengan bagian hulu sungai yang
beberapa waktu belakangan sering terjadi banjir pada musim penghujan. Ketua RT
10 Sofian mengatakan, dulunya sekitar tahun 1953-1960 wilayah hulu ini tidak
pernah terkena banjir, bahkan masyarakat tempatan masih bisa melakukan
penanaman pisang di tanah milik mereka.
Namun
rupanya hal ini mengalami perubahan sekitar tahun 1990 an. Daerah yang dulunya
aman dari genangan air tersebut perlahan mulai sering terkena banjir setiap
tahunnya. Menurtunya hal ini dikarenakan sungai masjid mengalami pendangkalan
di bagian hulu. Pemerintah kota sendiri disebutnya memang pernah melakukan
pengerukan sungai, hanya saja tidak pernah tuntas hingga ke hulu sungai yang
dekat dengan pemukiman mereka.
B.
Kebakaran
Memiliki
kontur tanah bergambut, tentunya membuat sebuah daerah cukup rentan terhadap
bahaya kebakaran lahan. Hal ini juga terjadi diwilayah Kelurahan Bangsal Aceh. Terhitung
sejak 2013, beberapa kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terjadi
diwilayah ini.
Rizal,
ketua RT 10 menyebutkan ada beberapa titik yang menjadi lokasi paling sering
terjadi kebakaran lahan, diantaranya berada diwilayah RT 08, 09, dan 10. Hal
itu dikarenakan beberapa lahan yang ada diwilayah ini masih minim tanaman
perkebunan, sehingga api cukup mudah menjalar di area tersebut. Itu diperparah
juga dengan masih cukup sulitnya akses menuju lokasi, sehingga kegiatan
pemadaman sering kali mengalami keterlambatan waktu.
BAGIAN DUA : DATA DASAR SOSIAL
5.
DEMOGRAFI
5.1. Data Umum Penduduk
Berdasarkan Sumber data Dari Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Dumai pertanggal 31 Desember 2017 Penduduk
Kelurahan Bangsal Aceh sebagai berikut :
·
Jumlah Penduduk : 4.561 Jiwa
·
Laki – laki : 2.329 Orang
·
Perempuan : 2.232 Orang
Dengan jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak
10 RT yang mana 10 RT tersebut berada di lingkungan Pemukiman Masyarakat dan
kawasan industry.
5.2. Struktur Kependudukan
A. Berdasarkan Golongan Umur
Berdasarkan
Data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Jumlah
Penduduk Kelurahan Bangsal Aceh Menurut Golongan Umur Tahun 2017 adalah sebagai
berikut:
No
|
Golongan
Umur (Tahun)
|
Jumlah
(Jiwa)
|
1
|
2
|
3
|
1.
|
0-4
|
288
|
2.
|
5-9
|
501
|
3.
|
10-14
|
487
|
4.
|
15-19
|
400
|
5.
|
20-24
|
381
|
6.
|
25-29
|
389
|
7.
|
30-34
|
477
|
8.
|
35-39
|
412
|
9.
|
40-44
|
340
|
10.
|
45-49
|
261
|
11.
|
50-54
|
212
|
12.
|
55-59
|
178
|
13.
|
60-64
|
106
|
14.
|
65-69
|
62
|
15.
|
70-74
|
34
|
16.
|
>74
|
33
|
Jumlah
|
4.561
|
Sumber
: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Dumai
Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling banyak
ialah penduduk berumur 5 s/d 9 Tahun
dengan jumlah 501 jiwa dari seluruh
penuduk yang ada di Kelurahan Bangsal Aceh.
B.
Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Komposisi
penduduk Kelurahan Bangsal Aceh menurut tingkat pendidikan dapat terlihat pada
tabel di bawah ini. Yang mana bisa disimpulkan, jika sebagian besar masyarakat
kelurahan Bangsal Aceh hanya berlatar belakang lulusan Sd, yaitu sekitar 1.314
orang :
Jumlah
Penduduk Menurut tingkat pendidikan Tahun 2017
No
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah (Jiwa)
|
1
|
2
|
3
|
1.
|
Belum Sekolah
|
1.580
|
2.
|
Tidak Tamat SD
|
392
|
3.
|
Tamat SD
|
1.314
|
4.
|
SLTP
|
498
|
5.
|
SLTA
|
703
|
6.
|
Diploma II
|
13
|
7.
|
Diploma III
|
25
|
8.
|
Strata I
|
34
|
9.
|
Strata II
|
2
|
10.
|
Strata III
|
-
|
Jumlah
|
4.561
|
Sumber
: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Dumai
Adapun
Komposisi penduduk Kelurahan Bangsal Aceh menurut mata pencaharian dapat dikategorikan
beragam. Hal ini sebagaimana dapat terlihat pada tabel di bawah ini :
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun
2017:
No
|
Mata Pencaharian
|
Jumlah (Jiwa)
|
1
|
2
|
3
|
1.
|
Belum Bekerja
|
1.933
|
2.
|
Mengurus Rumah
Tangga
|
1.058
|
3.
|
Pelajar /
Mahasiswa
|
305
|
4.
|
Pensiunan
|
5
|
5.
|
Pegawai Negeri
Sipil
|
25
|
6.
|
Tentara Nasional
Indonesia
|
1
|
7.
|
Kepolisian RI
|
2
|
8.
|
Perdagangan
|
25
|
9.
|
Petani / Pekebun
|
374
|
10.
|
Peternak
|
1
|
11.
|
Nelayan/ Perikanan
|
43
|
12.
|
Industri
|
0
|
13.
|
konstruksi
|
0
|
14.
|
Karyawan Swasta
|
103
|
15.
|
Karyawan BUMN
|
2
|
16.
|
Karyawan BUMD
|
1
|
17.
|
Karyawan Honorer
|
21
|
18.
|
Buruh Harian
Lepas
|
137
|
19.
|
Buruh Tani
Perkebunan
|
45
|
20.
|
Buruh Nelayan Perikanan
|
1
|
21.
|
Pembantu Rumah
Tangga
|
2
|
22.
|
Tukang Batu
|
11
|
23.
|
Tukang Jahit
|
1
|
24.
|
Bidan
|
2
|
25
|
Perawat
|
3
|
26.
|
Pelaut
|
0
|
27.
|
Sopir
|
10
|
28.
|
Pedagang
|
6
|
29.
|
Wiraswasta
|
422
|
30.
|
Dosen
|
1
|
31.
|
Wartawan
|
1
|
32.
|
Guru
|
19
|
Jumlah
|
4.561
|
Sumber
: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Dumai
6.
SEJARAH,
BUDAYA & AGAMA
6.4. Agama & Keberagaman
Kelurahan Bangsal Aceh
didiami oleh masyarakat dengan beraneka ragam etnis dan suku bangsa. Sedikitnya
terdapat 8 (delapan) suku bangsa dan 5 (lima) Agama yang saat ini hidup
berdampingan dan saling berbaur dengan
yang lain secara damai, rukun dan harmonis. Kedelapan suku bangsa tersebut
yakni Melayu, Aceh, Batak, Minang, Bugis, Lombok, Jawa dan Tionghoa, dan lima
Agama yaitu Islam, Kristen, Khatolik, Budha dan Khonghucu.
Heterogenitas ini
menjadikan Kelurahan Bangsal Aceh semakin kaya dengan keanekaragaman Budaya,
adat istiadat, dan norma-norma yang tumbuh
di tengah-tengah masyarakat, dimana semuanya itu dapat dijadikan sebagai
kekuatan untuk menangkal pengaruh-pangaruh negatif yang datang dari luar.
Komposisi penduduk Kelurahan Bangsal Aceh
menurut Agama sebagaimana pada tabel di
bawah ini :
Jumlah
Penduduk Bangsal Aceh Berdasarkan Agama Tahun 2017:
No
|
Agama
|
Jumlah
(Jiwa)
|
1
|
2
|
3
|
1.
|
Islam
|
4.290
|
2.
|
Kristen
|
235
|
3.
|
Khatolik
|
10
|
4.
|
Budha
|
26
|
Jumlah
|
4.561
|
Sumber
: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Dumai
Seperti hal nya kelurahan/desa yang lain,
Bangsal Aceh juga memiliki beberapa lembaga/organisasi masyarakat yang
berfungsi membantu tugas pemerintah kelurahan baik dalam segi pemberdayaan
masyarakat, tugas sosial, maupun dibidang kesehatan masyarakat. Beberapa
lembaga ini diantaranya telah terbentuk cukup lama, dan telah memiliki prestasi
baik ditingkat lokal, maupun provinsi.
A.
Lembaga
Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK)
Tim
Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Kelurahan, untuk selanjutnya
disebut TP. PKK Kelurahan adalah lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja
pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya, yang berfungsi sebagai
fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing
jenjang pemerintahan untuk terlaksananya program PKK.
Adapun Struktur organisasi Tim
Penggerak PKK Kelurahan Bangsal Aceh berdasarkan Keputusan Lurah Bangsal
Aceh Nomor : 07/SK/BSA/2017 Tanggal 15 Desember 2017 tentang Pembentukan Pengurus
Tim Penggerak PKK di Kelurahan Bangsal Aceh Kecamatan Sungai Sembilan Kota
Dumai.
b.
Forum
Gotong Royong Masyarakat
Forum Gotong Royong Masyarakat
Kelurahan Bangsal Aceh Kecamatan Sungai Sembilan merupakan tindak lanjut dari
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2009 tentang Program
Adipura untuk mewujudkan kota yang bersih dan teduh di Kota Dumai.
Forum Gotong Royong Masyarakat
Kelurahan Bangsal Aceh Kecamatan Sungai
Sembilan dibentuk dengan Surat Keputusan Bangsal
Aceh
Nomor 21 KPTS/BSA/ 2014,
c.
Karang
Taruna
Karang Taruna adalah lembaga
kemasyarakatan yang merupakan wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan
untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah kelurahan. Karang Taruna ini
bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan
dikembangkan oleh Dinas Sosial.
Karang taruna mempunyai tugas
menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial, terutama yang dihadapi
generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif, maupun pengembangan
potensi generasi muda di lingkungannya.
B.
Lembaga
Kesehatan Masyarakat
a.
Kelurahan
Siaga Aktif
Kelurahan siaga merupakan gambaran
masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai
ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan
penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadiian luar biasa, kejadian bencana,
kecelakaan, dan lain lain, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong.
b. PHBS
Secara
umum Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bertujuan untuk meningkatkan rumah
tangga sehat melalui pemberdayaan masyarakat dengan kerjasama lintas sektoral
dalam melaksanakan budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan tujuan
khusus untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kemauan anggota masyarakat
untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta menggerakkan
masyarakat untuk berperan aktif dalam PHBS di masyarakat.
Dalam
melaksanakan PHBS rumah tangga tujuan yang akan dicapai diantaranya
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga dengan 10
(sepuluh) indikator PHBS.
Adapun ke sepuluh indikator PHBS itu, adalah sebagai
berikut:
a.
Persalinan Ditolong oleh Tenaga
Kesehatan
b.
Memberi Bayi ASI Ekslusif
c.
Menimbang Bayi dan Balita
setiap bulan
d.
Menggunakan Air Bersih
e.
Mencuci tangan dengan Air
Bersih dan Sabun
f.
Menggunakan Jamban Sehat
g.
Memberantas Jentik di Rumah
h.
Makan Buah dan Sayur Setiap
Hari
i.
Melakukan Aktifitas Fisik
Setiap Hari
j.
Tidak Merokok didalam Rumah
Dari hasil pemantauan PHBS rumah tangga dilingkungan
Kelurahan Bangsal Aceh terlihat dengan semakin meningkatnya kesadaran dan
kepedulian masyarakat untuk senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat
diantaranya dengan kesadaran menciptakan lingkungan sekitar rumah yang bersih
dan sehat, dan penggunaan jamban sehat.
c.
Posyandu
Beberapa
bentuk program pelayanan kesehatan selain ditujukan bagi sasaran yang sama
yaitu anak balita dan ibu, juga mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan
kesehatan anak dan menurunnya angka kematian bayi dan anak. Program-program
pelayanan kesehatan itu antara lain : Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK),
program pemeliharaan kesehatan ibu dan anak (KIA), program imunisasi, program penanggulangan
diare pada anak- anak, program keluarga berencana (KB), dan sebagainya. Adapun
program pelayanan kesehatan tersebut dapat dilakukan secara serentak
bersama-sama di Posyandu baik kepada si ibu maupun si anak.
Jadi
seorang anak yang dibawa oleh ibunya ke panti gizi atau pos penimbangan selain
memperoleh pelayanan gizi (penimbangan, penyuluhan, pemberian-pemberian
pertolongan gizi, makanan tambahan) juga sekaligus dapat memperoleh layanan
imunisasi, pemeriksaan kesehatan, jika anak mencret maka kepada anak tersebut
akan diberikan oralit dan obat, dan Ibu akan memperoleh mengenai cara perawatan
kesehatan keluarga. Selain itu Ibu yang memerlukan layanan KB juga sekaligus
dapat dilayani di pos penimbangan atau panti gizi. Pelayanan seperti inilah yang
disebut pelayanan kesehatan terpadu, Saat ini di Kelurahan Bangsal Aceh sudah
ada 4 (Empat) Posyandu Balita dan 1 (satu) Posyandu Lansia.
Secara garis
besar semua Posyandu yang ada di Kelurahan Bangsal Aceh bahkan untuk Kota Dumai
memiliki ketentuan, tugas, fungsi dan kegiatan yang sama yaitu
d. Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
Empat
masalah gizi utama yang banyak ditemukan di berbagai wilayah bahkan di berbagai
negara berkembang yaitu kekurangan Vitamin A, anemia gizi dan gondok endemik,
pada umumnya menyerang kelompok penduduk yang tergolong rawan (winerable) yaitu
: bayi, anak usia di bawah lima tahun (balita), Ibu Hamil dan Ibu menyusui.
Usaha
perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu di bawah koordinasi yang baik, yang bertujuan menurunkan jumlah
penderita gangguan gizi, bahkan jika mungkin menghilangkan bahaya gangguan gizi
pada kelompok penduduk yang rawan itu.
Apabila
masalah gizi semata-mata dilihat dari sudut kesehatan masyarakat, maka usaha
penanggulangannya pun dapat dilakukan dengan menggunakan dasar-dasar usaha
kesehatan masyarakat:
e. Bina
Keluarga Balita (BKB)
Salah
satu Upaya dalam Pemberdayaan Orang Tua sebagai Pendidik Pertama dan yang Utama
dari Generasi Penerus Bangsa demi untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera. Untuk mencapai Tujuan tersebut perlu dibentuknya Kelompok Bina
Keluarga Balita ( BKB ).
Bina
keluarga balita adalah kegiatan yang khusus mengelola tentang pembinaan
tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur,
yang dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada
ditingkat RT.
Bina
Keluarga Balita (BKB) adalah upaya peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan
kesadaran ibu serta anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang
balitanya melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan, sosial, emosional serta
moral yang berlangsung dalam proses interaksi antara ibu/anggota keluarga
lainnya dengan anak balita.
Kelompok BKB umumnya terdiri dari keluarga
muda dengan anggota yang mempunyai anak batita atau anak balita. Untuk
memberdayakan keluarga Batita (Bawah UsiaTigaTahun) dan keluarga Balita (Bawah
Usia Lima Tahun), seluruh jajaran pembangunan, termasuk kekuatan keluarga yang
tergabung dalam POSYANDU, diarahkan agar setiap keluarga memberi prioritas yang
tinggi terhadap kesehatan dan pertumbuhan anak balitanya. Orang tua dalam
POSYANDU dapat disiapkan untuk menyegarkan kembali Gerakan Bina Keluarga Balita
( BKB ), sebagai gerakan bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk
memelihara kesehatan, terhadap tumbuh kembang anaknya, deteksi dini kelainan
atau kecacatan dan akhirnya menyiapkan anak Balitanya siap sekolah bersama
anak-anak yang lain.
7.6. Keamanan Desa
Dalam
menghadapi masalah keamanan, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah
melakukan suatu tindakan pencegahan dan penanggulangan agar tidak terganggunya
keamanan masyarakat yang hal ini merupakan bagian dari kebijakan kriminal
(criminal policy) dan merupakan bagian tugas polisi sebagai aparat penegak
hukum di lapangan. Kegiatan perpolisian tradisional dalam memberantas kejahatan
dianggap kurang efektif sehingga perlu dibangun kemitraan antara Polri dengan
masyarakat.
Untuk
mendukung hal itu, maka diterapkanlah model Communtiy Policing atau Perpolisian
Masyarakat (Polmas) sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Kapolri No. Pol. :
Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang Kebijakan dan Strategi
Penerapan Model Perpolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.
Berdasarkan Surat
Keputusan tersebut, salah satu wujud dari Community Policing ini adalah adanya
Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM), yaitu lembaga atau wadah bagi
polisi dan masyarakat untuk dapat bertukar informasi dan berkonsultasi mengenai
permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan terutama yang berkaitan dengan
masalah keamanan dan ketertiban di masyarakat.
Organisasi Forum
Kemitraan Polisi Masyarakat mempunyai susunan kepengurusan berjumlah sebanyak 9 (sembilan) orang anggota
yang terdiri dari :
a. BhabinKamtibnas : BRIPTU. IRWANSYAH PUTRA
b. Ketua
: HADAMEAN
PULUNGAN
c. Sekretaris
: DAHAM
d. Bendahara : ABDULLAH SYAH
e.
Anggota I :
ADE SAPUTRA
ü Anggota
II : SUROSO
ü Anggota
III : GUNTUR
BARUS
ü Anggota
IV :
NORLI
BAGIAN KETIGA: DASAR – DASAR SEKTORAL
9. PERTANIAN & PANGAN
Dalam
meningkatkan usaha ekonomi, masyarakat Kelurahan Bangsal Aceh juga melakukan
peningkatan dibidang pertanian. Jenis pengelolaan pertanianya sendiri ada yang
dikelola secara kelompok, maupun perseorangan. Namun, berdasarkan penuturan
masyarakat, kelompok tani merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
kemiskinan. Kelompok tani ini diharapkan mampu memicu peningkatan ekonomi
masyarakat ditingkat Kelurahan melalui pembinaan instansi terkait. Hasil
pertanian yang baik tentu akan berhubungan dengan tingkat penghasilan keluarga.
Adapun
hasil tani yang telah diperoleh diantaranya :
ü
Cabe
ü
Nenas
ü
Sayur-sayuran
ü Buah – Buahan